Jumat, 27 Januari 2012

Tahap Evaluasi

Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan
tahap evaluasi pada prosesnya secara umum.. Didalam tahapan evaluasi hal
penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan untuk
dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang
diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu
dirumuskan ketika kegiatan ataupun tindakan keperawatan belum diberikan. Selain
itu, dalam tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan
pada pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan
tindakan promosi kesehatan. Tujuan evaluasi diantarnya adalah sebagai berikut:
Tujuan umum :
1. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
2. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan khusus :
1. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan
2. Menyatakan apakah tujuan program promosi kesehatan telah tercapai atau belum
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan terkait program promosi
4. Memodifikasi rencana tindakan promosi
5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan promosi kesehatan belum tercapai.

Standar evaluasi pada promosi kesehatan yang mencakup tujuan serta hasil yang
diharapakan selalu dibuat berdasarkan latar belakang kegiatan. Tujuan dari
kegiatan promosi kesehatan selalu ditetapkan berdasarkan apa yang hendak dicapai
dengan kegiatan promosi kesehatan. Hal ini menjadi penting karena segala tujuan
dari kegiatan promosi kesehatan memiliki aspek yang sangat penting dari suatu
kegiatan promosi kesehatan.
Tahapan evaluasi dalam kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan dalam
berbagai tinjauan. Hal ini meliputi
a. Evaluasi terhadap input
Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi terhadap
segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan. Evaluasi
pada komponen input sangat penting karena input itu sendiri mencakup:
- jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan promosi
kesehatan
- banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atau melaksanakan
kegiatan
- banyaknya materi dan juga uang yang digunakan untuk mendanai kegiatan.
Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan sebagai bahan bakar dalam
kegiatan. Oleh karena itu evaluasi pada aspek ini sangat perlu karena baik
buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat ditentukan seberapa besar input
yang ada.
b. Evaluasi terhadap proses
Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi kesehatan meliputi:
- Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen tinggi untuk melakukan
kegiatan promosi kesehatan
- Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan
- Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan dan sasarannya
- Media dalam pemberian promosi kesehatan
Evaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat yang besar dalam promosi
kesehatan. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana berjalannya proses
promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari evaluasi ini diharapkan akan
diketahui sejauh mana keberhasilan dan kendala dalam suatu kegiatan promosi
kesehatan.
c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatan
Evaluasi terhhadap hasil dari suatu kegiatan promosi kesehatan lebih dipusatkan
pada pengamatan pada obkjek kegiatan. Dalam hal ini, evaluasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa berhasilkah promosi kesehatan terhadap pengetahuan,
tingkah laku, dan sikap klien dalam menjalankan pola hidup sehat. Evaluasi hasil
juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai.
d. Impact evaluation
Evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan meliputi melakukan
pengkajian terhadap seberapa berhasilkah penyelenggara promosi kesehatan
mempengaruhi klien. Selain itu, dengan evaluasi terhadap dampak kegiatan
promosi kesehatan kita akan mengetahui seberapa besar dampak suatu kegiatan
dilakukan.

Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2 cara yaitu:
1. Evaluasi formatif
• Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada saat / setelah
dilakukan tindakan keperawatan atau promosi kesehatan
• Ditulis pada catatan perawatan
• Contoh: membantu pasien dudukajarkan klien pencucian tangan yang benar dan
latihan senam hamil.
2. Evaluasi Sumatif
• Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan
• Ditulis pada catatan perkembangan

Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang dilakukan baik formati maupun
sumatif. Promotor dapat mengindikasikan apakah evaluasi bersifat posistif (hasil
yang diinginkan terpenuhi) atau negatif (hasil yang tiadak diinginkan menandakan
bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah potensial yang belum
diketahui) dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
 Apakah rumusan masalah (diagnosa keperawatan) dan masalah-masalah
kolaboratif akurat?
 Apakah masyarakat mencapai hasil yang diharapkan?
 Apakah masyarakat menunjukkan perubahan perilaku dan peningkatan
kesadaran berdasarkan kegiatan promosi yang dijalankan?
 Apakah masalah-masalah yang dijadikan sebagai diagnosa sudah dapat teratasi?
 Apakah kebutuhan masyarakat terkait program promosi kesehatan sudah
dipenuhi?
 Apakah intervensi yang dilaksanakan harus dipertahankan, diubah atau
dihentikan?
 Apakah ada masalah yang timbul dimana intervensi yang belum direncanakan
atau diimplementasikan?
 Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau kurang
tercapainya tjuan?
 Apakah prioritas yang harus disusun kembali?
 Apakah perubahan-perubahan harus dibuat pada tujuan dan hasil yang
diperkirakan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas bermanfaat sebagai parameter dalam :
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan masyarakat terkait dengan promosi
yang telah dilaksanakn 
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan atau program
promosi kesehatan.
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan promosi yang telah dilksanakan
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam
proses keperawatan.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
keperawatan
Sehingga dapat diperoleh data objektif untuk menentukan rencana tindak lanjut,
apakah intervesi akan terus dilanjutkan (hasil evaluasi positif), diubah (modifikasi
tindakan berdasarkan pengkajian terhadap hambatan-hambatan yang muncul
selama proses promosi kesehatan) atau dihentikan

Penyakit AIDS

PENGERTIAN
BAB II
PEMBAHASAN
AIDS adalah Sekumpulan gejala dan infeksi yang di timbulkan karena kerusakan sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV/atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang
menyerang spesies lainnya.

2.1 Tanda dan Gejala AIDS
Cara terbaik untuk mengetahui apakah sesorang mengidap HIV / AIDS atau tidak adalah
dengan melakukan pemeriksaan kesehatan melalui test darah. Ketika pengujian tidak
memungkinkan, ada tanda-tanda tertentu yang bisa menunjukkan apakah seseorang mengidap
HIV/AIDS atau tidak, atau minimal megetahui gejala-gejalanya. Harus diingat bahwa seseorang
yang mengidap HIV biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda selama paling sedikit beberapa
bulan sampai beberapa tahun.

A. Pada orang dewasa, 3 tanda-tanda utama AIDS adalah:
 Kehilangan 10% dari berat badan lebih dari satu bulan tanpa penyebab.
 Diare lebih dari satu bulan.
 Demam yang berlangsung selama lebih dari satu bulan baik konstan atau datang dan
pergi. 
Pada orang dewasa, 5 tanda minor AIDS adalah:
 Batuk kering yang tidak sembuh-sembuh.
 Kulit gatal di seluruh tubuh.
 Herpes zoster (mirip cacar air, atau disebabkan virus yang juga mengakibatkan cacar air,
virus herpes) yang tidak kunjung sembuh.
 Candidiasis, yang putih, mengangkat ruam pada mulut, lidah, atau tenggorokan.
 Pembengkakan kelenjar (di leher, ketiak, atau selangkangan) dengan atau tanpa infeksi
aktif. 

Orang dewasa dapat didiagnosis mengidap AIDS, jika memiliki minimal 2 tanda-tanda utama
dan satu tanda minor. Tapi, itu sudah cukup untuk membuat diagnosis AIDS jika seseorang
mengidap kanker kulit (disebut Karposi, yang biasanya kemerah-merahan, ungu, atau bintikbintik

hitam pada kulit yang dapat menjadi besar dan menyakitkan) atau kriptokokal meningitis
(infeksi pada meliputi otak yang menyebabkan demam, leher kaku, sakit kepala, kebingungan,
dan ketidakmampuan untuk bangun).

B. Pada anak-anak, 3 tanda-tanda utama AIDS adalah:
 Berat badan, atau pertumbuhan lambat.
 Diare berat selama 14 hari atau lebih.
 Demam selama lebih dari satu bulan. 

Pada anak-anak, 5 tanda minor AIDS adalah:
 Kulit gatal di seluruh tubuh.
 Pembengkakan kelenjar (di leher, ketiak, atau selangkangan).
 Candidiasis (bintik-bintik putih) di dalam mulut, lidah, atau tenggorokan.
 Infeksi pada telinga, tenggorokan, dan infeksi lainnya.
 Batuk yang tidak sembuh-sembuh.

Tanda kecil lainnya adalah jika sang ibu telah dinyatakan positif HIV / AIDS atau memiliki
tanda-tanda AIDS. Bagi seorang anak untuk dapat didiagnosis dengan AIDS, maka harus ada 2
besar dan 2 kecil tanda-tanda yang tercantum di atas.
Gejala-gejala AIDS terutama hasil dari kondisi yang tidak biasanya mengembangkan
pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit yang biasanya dikendalikan oleh elemen
sistem kekebalan yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum pada orang dengan AIDS. HIV
mempengaruhi hampir semua sistem organ. 
Orang dengan AIDS juga memiliki peningkatan risiko mengembangkan berbagai kanker
seperti, kanker serviks sarkoma Kaposi dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Selain itu, penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti demam, keringat (terutama
pada malam hari), kelenjar bengkak, menggigil, kelemahan, dan penurunan berat badan. Infeksi
oportunistik spesifik bahwa pasien AIDS berkembang tergantung sebagian pada prevalensi
infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien. 
a. Infeksi paru 
Pneumocystis pneumonia (awalnya dikenal sebagai pneumonia Pneumocystis carinii'', dan
masih disingkat sebagai PCP yang sekarang berdiri untuk P neumo c ystis p neumonia relatif
jarang terjadi di sehat, orang imunokompeten, tetapi umum di antara orang yang terinfeksi HIV.
Hal ini disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii''. 
Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan profilaksis rutin di negara-negara Barat, itu adalah
penyebab langsung umum kematian. Di negara berkembang, masih salah satu indikasi pertama
AIDS pada orang yang belum dites, walaupun umumnya tidak muncul kecuali jika jumlah CD4
kurang dari 200 sel per uL darah. 
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara yang terkait dengan HIV karena dapat
ditularkan kepada orang imunokompeten melalui rute pernafasan, mudah diobati setelah
diidentifikasi, dapat terjadi pada stadium awal penyakit HIV, dan dapat dicegah dengan terapi
obat. Namun, resistensi multidrug merupakan masalah yang serius. 
Meskipun insiden telah menurun karena penggunaan terapi secara langsung diamati dan praktek
perbaikan lainnya di negara-negara Barat, hal ini tidak terjadi di negara-negara berkembang
tempat HIV paling lazim. Pada tahap awal infeksi HIV (jumlah CD4> 300 sel per uL), TB
muncul sebagai penyakit paru. Dalam infeksi HIV lanjut, TB sering muncul atypically dengan
ekstrapulmoner (sistemik) penyakit fitur umum. Gejala biasanya konstitusional dan tidak
terlokalisir pada satu situs tertentu, sering mempengaruhi sumsum tulang, tulang, saluran kemih
dan gastrointestinal, hati, kelenjar getah bening regional, dan sistem saraf pusat. 
b. Infeksi gastrointestinal 
Esophagitis adalah suatu peradangan pada lapisan ujung bawah esofagus (kerongkongan atau
tabung menelan yang mengarah ke perut). Pada individu yang terinfeksi HIV, ini biasanya karena
infeksi jamur (kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau sitomegalovirus). Dalam kasus
yang jarang, bisa jadi karena mikobakteri. 
Diare kronis tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV adalah karena penyebab banyak
kemungkinan, termasuk umum bakteri (Salmonella'''',''Shigella'',''''atau''Listeria Campylobacter'')
dan infeksi parasit, dan infeksi oportunistik tidak umum seperti sebagai Cryptosporidiosis,
mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex''''(MAC) dan virus, astrovirus, adenovirus,
rotavirus dan cytomegalovirus, (yang terakhir sebagai kursus kolitis). 
Dalam beberapa kasus, diare mungkin merupakan efek samping dari beberapa obat yang
digunakan untuk mengobati HIV, atau mungkin hanya menyertai infeksi HIV, terutama selama
infeksi HIV primer. Ini juga mungkin merupakan efek samping dari antibiotik digunakan untuk
mengobati bakteri penyebab diare (umum untuk Clostridium difficile''''). Pada stadium akhir
infeksi HIV, diare dianggap sebagai refleksi dari perubahan cara saluran usus menyerap nutrisi,
dan mungkin merupakan komponen penting dari wasting terkait HIV. 
c. Neurologis dan psikiatris keterlibatan 
Infeksi HIV dapat mengakibatkan berbagai gejala sisa neuropsikiatri, baik oleh infeksi sistem
saraf sekarang rentan oleh organisme, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri. 
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal yang disebut
Toxoplasma gondii''''; biasanya menginfeksi otak, menyebabkan ensefalitis toxoplasma, tetapi
juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru. Kriptokokus
meningitis adalah infeksi pada selaput (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans''''. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit
kepala, kelelahan, mual, dan muntah. Pasien juga dapat mengembangkan kejang dan
kebingungan; tidak diobati, dapat mematikan. 
Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML) adalah penyakit demielinasi, di mana
penghancuran bertahap dari selubung mielin yang menutupi akson sel saraf merusak transmisi
impuls saraf. Hal ini disebabkan oleh virus yang disebut virus JC yang terjadi pada 70% dari
populasi dalam bentuk laten, menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan tubuh sudah
sangat lemah, seperti halnya untuk pasien AIDS. Ini berlangsung cepat, biasanya menyebabkan
kematian dalam bulan setelah diagnosis. 
AIDS dementia complex (ADC) adalah ensefalopati metabolik yang disebabkan oleh infeksi
HIV dan didorong oleh aktivasi imun makrofag otak yang terinfeksi HIV dan mikroglia. Sel -sel
ini produktif terinfeksi oleh HIV dan mengeluarkan neurotoksin kedua host dan asal virus.
Gangguan neurologis khusus diwujudkan oleh kognitif, perilaku, dan motor kelainan yang terjadi
setelah bertahun-tahun infeksi HIV dan berhubungan dengan CD4 rendah
+
 sel T dan tingkat
viral load yang tinggi. 
Prevalensi 10-20% di negara-negara Barat tetapi hanya 1-2% dari infeksi HIV di India.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh subtipe HIV di India. AIDS mania terkait kadangkadang

terlihat pada pasien dengan penyakit HIV lanjut, tetapi menyajikan dengan lebih mudah
marah dan penurunan kognitif dan euforia kurang dari satu episode manik yang terkait dengan
gangguan bipolar benar. Berbeda dengan kondisi yang terakhir, mungkin memiliki program yang
lebih kronis. Sindrom ini kurang sering terlihat dengan munculnya multi-obat terapi. 
d. Tumor dan keganasan 
Pasien dengan infeksi HIV telah meningkat secara substansial insiden beberapa kanker. Hal
ini terutama disebabkan untuk bersama-infeksi dengan virus DNA onkogenik, terutama virus
Epstein-Barr (EBV), sarkoma Kaposi yang berhubungan herpesvirus (KSHV) (juga dikenal
sebagai virus herpes manusia papillomavirus-8 dan manusia (HPV). 
Sarkoma Kaposi (KS) adalah tumor yang paling umum pada pasien terinfeksi HIV. Kemunculan
tumor ini pada pria homoseksual muda di 1981 adalah salah satu sinyal pertama dari epidemi
AIDS. Disebabkan oleh virus yang disebut sarkoma gammaherpes Kaposi yang berhubungan
virus herpes (KSHV), sering muncul sebagai nodul keunguan di kulit, tetapi dapat
mempengaruhi organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru. Bermutu tinggi
limfoma sel B seperti limfoma Burkitt, Burkitt's-seperti limfoma, menyebar besar limfoma sel-B
(DLBCL), dan limfoma sistem saraf pusat primer muncul lebih sering pada pasien terinfeksi
HIV. Kanker ini seringkali pertanda tertentu prognosis yang buruk. Virus Epstein-Barr (EBV)
atau KSHV menyebabkan banyak dari limfoma. Pada pasien terinfeksi HIV, limfoma sering
muncul di situs ekstranodal seperti saluran pencernaan. Ketika mereka terjadi pada pasien
terinfeksi HIV, KS dan limfoma sel B yang agresif memberikan diagnosis AIDS. 
Kanker leher rahim invasif dalam perempuan terinfeksi HIV juga dianggap terdefinisi AIDS. Hal
ini disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). 
Selain terdefinisi AIDS tumor yang tercantum di atas, pasien terinfeksi HIV akan meningkatkan
risiko tumor tertentu lainnya, terutama kanker penyakit Hodgkin, karsinoma anal dan rektal,
karsinoma hepatoseluler, kepala dan leher, dan kanker paru-paru. Beberapa ini adalah penyebab
oleh virus, seperti penyakit Hodgkin (EBV), kanker dubur / dubur (HPV), kanker kepala dan
leher (HPV), dan karsinoma hepatoseluler (hepatitis B atau C). Faktor lain meliputi pemaparan
terhadap karsinogen (asap rokok untuk kanker paru-paru), atau hidup selama bertahun-tahun
dengan cacat kekebalan tubuh halus. 
Menariknya, insiden tumor yang umum, seperti kanker payudara atau kanker usus besar, tidak
peningkatan pasien terinfeksi HIV. Di daerah di mana ART secara luas digunakan untuk
mengobati AIDS, insiden dari banyak terkait AIDS keganasan telah menurun, tetapi pada saat
yang sama kanker ganas keseluruhan telah menjadi penyebab paling umum kematian pasien
yang terinfeksi HIV. Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatkan proporsi kematian ini telah
dari non-kanker terdefinisi AIDS. 
e. Infeksi lainnya 
Pasien AIDS sering mengembangkan infeksi oportunistik yang hadir dengan gejala nonspesifik,

terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Ini termasuk infeksi oportunistik
dengan''Mycobacterium avium-intracellulare''dan sitomegalovirus (CMV). CMV dapat
menyebabkan kolitis, seperti dijelaskan di atas, dan retinitis CMV dapat menyebabkan kebutaan. 
Penicilliosis karena''''marneffei Penicillium sekarang infeksi oportunistik ketiga paling umum
(setelah tuberkulosis ekstra paru dan kriptokokosis) pada orang HIV-positif dalam wilayah
endemik Asia Tenggara. 
Infeksi yang sering berjalan tidak diakui dalam AIDS pasien Parvovirus B19. Konsekuensi
utamanya adalah anemia, yang sulit untuk membedakan dari efek obat antiretroviral yang
digunakan untuk mengobati AIDS itu sendiri.

Gejala  AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri,virus, fungi dan parasit,
yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.

2.2Cara Penularan
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.



2.3 Patologi
2.4 Upaya Pengobatan
Penanganan dan Pengobatan Penyakit AIDS kendati dari berbagai negara terus
melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak
ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV
penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah
untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang
diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.

Kanker

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International
Classification of  Diseases (ICD) dengan kode nomor 174.Menurut Wikipedia Kanker Payudara adalah
kanker yang terjadi pada jaringan payudara. Kanker jenis ini umumnya terjadi pada kaum hawa. Meski
kaum adam juga bisa terkena namun sangat kecil kemungkinannya. Pengobatan yang dilakukan untuk
Kanker Payudara ini adalah dengan pembedahan. Dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi.

2.2 Gejala Klinis
Gejala klinis terjadinya Kanker Payudara yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

a) Benjolan kecil pada payudara
Benjolan ini biasanya tidak nyeri dan ukuranya kecil. Tapi lama-lama membesar dan menempel
pada kulit serta menimbulkan perubahan warna pada puting dan atau payudara. 
b) Eksema atau erosi pada puting
Selanjutya, kulit atau puting tertarik ke dalam (retraksi), warna pink atau kecoklatan sampai
menjadi oedema yang menyebabkan menjadi seperti kulit jeruk, mengkerut dan menjadi borok.
Borok membesar dan mendalam hingga bisa merusak payudara. Busuk dan berdarah. Ciri-ciri
lainnya adalah terjadinya pendarahan pada puting. Sakit atau nyeri bila tumor sudah besar dan
timbul borok. Kemudian timbul pembesaran pada ketiak yaitu kelenjar getah bening, terjadi
pembekakan pada lengan. Kemudian terjadi penyebaran kanker ke seluruh tubuh.Kanker
payudara tingkat lanjut sangat mudah diketahui. Yaitu adanya pada kulit payudara yang cukup
luas, serta ada nodul satelit. Adanya edema pada lengan, metastase jauh, terjadi ulserasi kulit,
edema kulit, kulit terfiksasi. Adanya kelenjar getah bening aksila. 
c) Nipple discharge atau keluarnya cairan
Gejala yang ketiga adalah keluarnya cairan yang tidak wajar dan spontan dari putih atau yang

disebut dengan nipple discharge. Kenapa cairan ini dikatakan tidak normal, tidak lain karena
cairan normal hanya keluar pada ibu hamil, sedang menyusui atau yang memakai pil
kontrasepsi.Ciri cairan ini, cairan berdarah encer, warna merah atau coklat, keluar sendiri
tanpa dipijit. Keluar dengan terus menerus pada satu payudara. Bagi anda yang mengalami ciri ciri
ini
harus
waspada
dan
segera
periksa
ke
dokter
untuk mencegah
kanker
makin
parah.



2.3 Penyebab terjadinya Kanker Payudara
Belum diketahui secara pasti apa penyebab terjadinya kanker payudara. Namunterdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempengaruhi terjadinya kanker payudara. Yaitu :
A. Faktor risiko :
 Faktor reproduksi
Terjadinya nuliparitas, menarche pada wanita berusia muda, terjadinya menopause dan
kehamilan pertama pada wanita berusia tua.
 Penggunaan hormone
Harvard School of Public Health melaporkan bahwa terdapat para pengguna terapi estrogen
replacement mengalami peningkatan terjadinya kanker payudara.
 Memiliki penyakit fibrokistik.
 Obesitas atau kegemukan.
 Konsumsi lemak.
 Radiasi ionisasi
yang terjadi selama atau sesudah pubertas dapat meningkatkan terjadinya resiko kanker
payudara.
B. Faktor genetik :
Selain faktor-faktor diatas kanker payudara juga bisa disebabkan oleh faktor genetik atau faktor
keturunan. Yaitu adanya mutasi pada beberapa gen yang dapat memicu terjadinya kanker payudara.
Yaitu gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor. Diantaranya adalah gen
BRCA2 dan BRCA1.
2.4       Stadium Kanker
Stadium kanker payudara biasanya ditentukan dengan sistem TNM, T= ukuran tumor, N= kelenjar
getah bening yang terlibat, M= metastasis
Stadium 0 (“in situ”)
Terdapat sel- sel kanker , namun belum terjadi invasi pada jaringan sekitarnya
Stadium I
Ukuran tumor <>5cm, tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening atau ukuran tumor 2-5cm,
namun terdapat penyebaran pada kelenjar getah bening ketiak sesisi dan masih dapat digerakkan
Stadium III, terdiri dari:
Stadium IIIA
Ukuran tumor >5cm, dengan penyebaran pada kelenjar getah bening sesisi namun tidak dapat
digerakkan
Stadium IIIB
Ukuran tumor berapapun, namun meluas pada dinding dada dan kulit atau disertai penyebaran pada
kelenjar getah bening mamaria interna. Termasuk Kanker Payudara inflamasi.
Stadium IV
Ukuran tumor berapapun, dengan penyebaran pada kelenjar getah bening baik pada ketiak, mamaria
interna, bahkan supraklavikular dan disertai penyebaran jauh (metastasis) seperti pada hati, paru, otak,
tulang dll.
Semakin tinggi stadiumnya tentu saja prognosisnya semakin buruk.
Status Nodus
Adalah adanya keterlibatan/penyebaran pada kelenjar getah bening. Semakin banyak kelenjar getah
bening yang terkena, prognosisnya semakin buruk. Prognosis juga makin buruk jika kelenjar getah
bening yang terkena itu pada sisi tubuh yang berseberangan dengan letak tumor, juga bila melekat, dan
tidak dapat digerakkan.

2.5 Pencegahan kanker payudara
a) Pencegahan primer
 Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui upaya menghindarkan diri dari Faktor
Risiko diatas serta melakukan pola hidup sehat. Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara
sendiei alias SADARI.
b) Pencegahan sekunder
dilakukan pada wanita yang memiliki risiko terkena kanker payudara. Yaitu dengan melakukan
deteksi dini dengan via skrining mammografi yang diklaim memiliki 90% akurat. Skrining
berlaku untuk wanita usia 40 tahun keatas, wanita yang harus rujuk skrining setiap tahun dan
wanita normal yang harus rujuk skrining tiap 2 tahun sekali hingga usia 50 tahun.
c) Pencegahan tertier
dilakukan pada wanita yang positif menderita kanker payudara. Ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup serta mencegah komplikasi penyakit. Bisa berupa operasi, kemoterapi sitostatika.
Pada stadium tertentu hanya berupa simptomatik dan pengobatan alternatif.
2.6 Pengobatan kanker
a) Mastektomi 
Mastektomi atau operasi pengangkatan payudara. Baik pengangkatan total payudara dan
benjolak di ketiak, pengankatan payudara saja maupun pengangkatan sebagian pada bagian
yang terdapat kanker saja.
b) Radiasi
Radiasi yaitu proses penyinaran dengan sinar X dan sinar gamma pada bagian yang terkena
kanker. Ini berfungsi untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa setelah operasi.
c) Kemoterapi
Kemoterapi yaitu pemberian obat-obatan anti kanker. Baik obat dalam bentuk pil cair/kapsul
maupun melalui infus untuk membunuh sel kanker.

Penyakit Akibat Kerja "Faktor Biologi"

BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit akibat kerja yang di sebabkan faktor biologi ini banyak yan bersumber dari. pekerjaan
pertanian,dimana pada sector pertanian ini para petani kontak langsung dengan vector atau penyebab
penyakit yaitu tanah yang didalamnya terdapat sumber penyakit yaitu parasite atau bahkan verktor yang
lain.Pekerjaan yang berhubugan dengan penanganan hewan dan produknya,pekerjaan ini
biasanya terjadi pada tenaga kerja atau dokter yang elakukan kontak langsung dengan
hewan,seperti pada pekerja yang bekerja pada rumah pemotongan Hewan(RPH) dan atau pada
peternak hewan seperti peternakan ayam,sapid an peternakan lainnya.klinik dokter
hewan,dokterhewan beresiko tertular penyakit karena dokter berkontak langsung dengan
hewan,RPH,pasar daging& hewan,pasar daging dan pasar hewan juga beresiko terhadap
penyakit yang beresiko terhadap penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan,dimana pada pasar
hewan ini banyak hewan yang membawa penyakit sehingga para pekerja di lingkungan
sekitarnya dapat tertular penyakit yang dibawa oleh hewan tersebut.Pekerja pada labolatorium,
dimana ada kemungkinan berkontak dgn tinja hewan yang dimana tinja hewan tersebut terdapat
vector atau parasite.
Faktor  Biologi Di Tempat Kerja antara lain:
1. Jamur
2. Protozoa
3. Cacing
4. Bakteri
5. Virus
 Virus:
virus Mrpkn partikel hidup yang paling kecil yang berdiameter antara 0,025-0,25 mikron
Merupakan parasit yang menginfeksi manusia,hewan,tumbuhan,dan bakteri Hepatitis pada
petugas labolatorium.dan
 Hepatitis B dan hepartitis C dimana virus ini menyerang organ hepar/liver/hati, dan
masuk kedalam tubuh melalui:Tranfusi darah yang tercemar,Tertusuk/teriris jarum/pisau yag
terkontaminasi,Hubungan sexual,Luka jalan lahir waktu melahirkan,Placenta dan ASI
 Human immunodefisiency virus (HIV)  dimana  menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh,
ditularkan melalui:Tranfusi darah yang tercemar,Tertusuk/teriris jarum/pisau yag
terkontaminasi,Hubungan sexual,Luka jalan lahir waktu melahirkan
Pekerja yang beresiko tertular virur tersebut  antara lain:Pekerja RS,Pekerja yang sering ganti-ganti
pasangan
 Bakteri 
Bakteri adalah Organisme bersel tunggal berdiameter 1-2 mikron.Beberapa baekteri
menyebabkan penyakit seperti tetanus,yang lain berguna sebagai sumber abtibiotika seperti
:antraks,pada tenaga kerja yang berhubungan dengan wol,tetanus pada tenaga kerja pertanian
Bakteri tuberculosis menyeang Paru,anthrax menyerang kulit & paru. Brucellosis menyebabkan
sakit kepala, arthralgia dan  endokardit. leptospirosis menyebabkan demam, sakit kepala, mual,
gangguan hati
 jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal/koloni seperti ;infksi jamur kulit pada pekerja sektor peternakan
 Parasit
Parasite:Beberapa macam parasit:protozoa, dan cacing banyak di temukan di tempat kerja
sepreti:Malaria pada tenaga kerja kehutanan,cacing tibang pada tenaga kerja pertanian.beberapa
contoh parasite yang menebabkan penyakit: malaria  yang disebabkan oleh  gigitan nyamuk
anopheles. anxylostomiosis menyebabkan anemia kronis.dan jamur menyebabkan  gatal-gatal
dikulit
o Penyakit pada hewan,sparti serangga melalui sengatan.binatang berbisa melalui gigitan seperti
ular,dan binatang buas atau karnivora
o Tumbuhan:debu yang dihasilkan oleh kayu seperti :Allergi & asma.debu yang dihasilkan oleh
kapas seperti:allergi saluran nafas
 Penanggulangan bahaya biologi
Menengenal bahaya –bahaya biologi yang ada di tempat 
Menghindari kontak langsung dengan sumber 
Melakukan tindakan aseptis yang 
Menjaga kebersihan diri
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
 Pemeriksaan kesehatan pada pekerja
Pemeriksaan awal : medis, fisik,rotgen foto, uji serologis, mikrobiologis.
Kesehatan berkala : sama seperti awal


 Pengendailan:
.Lingkungan :
a. Mengurangi hewan reservoir/serangga vektor 
b. Penyemprotan insektisida
c. Pelihara ikan
d. Pengendalian rodensia
e. Imunisasi sapi/hewan
f. Pengendalian/pembasmian hewan import
g. Ventilasi keluar untuk debu : antrax, ornitosis
 Perlindungan pada pekerja:

a.Pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Higiene perseorangan
c. APD
d. Penanganan binatang dan produksinya
e. Hindari air yang tercemar
f. Hindari minumsusu tidak dimasak
g. Hindari dari gigitan serangga

Status Kesehatan

Dalam teori HL blum tentang status ksehatan,maka dijelaskan tentang beberapa faktor yang
mempengaruhi status kesehatan,antara lain:lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik,sosial
budaya,ekonomi,prilaku,keturunan,dan pelayanan kesehatan.Selanjutnya Blum juga
menjelaskan,bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status
kesehatan,tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang
mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi
tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga dengan beranekaragam
budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal,termasuk dalam perilaku
kesehatan.
Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam,perlu sekali mengetahui budaya dan
masyarakat yang dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan
memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat.
Manusai adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga
membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata
pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka
ada beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu:kesatuan
sosial dan pranata sosial.kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuan-kesatuan
individu yang berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.sedangkan yang dimaksud pranata
sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok dalam kehidupan masyarakat.norma-norma tersebut memberikan petunjuk bagi tingkah
laku seseorang yang hidup dalam masyarakat.
Kebudayaan. dalam pengertian yang terbatas,banyak orang yang memberikan definisi
kebudayaan sebagai bangunan yang indah,candi,tari-tarian,seni suara dan seni rupa.
Taylor memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang komleks yang didalamnya
terkandung ilmu pengetahuan,kepercayaan dan kemampuan kesenian.moral hukam adat istiadat
dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat.sedangkan menurut
Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang haus didapatkannya dengan belajar dan yang
semuanya tesusun dalam kehidupan masyarakat.



A.aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan
Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan
status kesehatan.yang pertama yaitu:1).umur 2).jenis kelamin 3).pekerjaan.4).sosial ekonomi jika
dilihat dari aspek umur,makaada pbedaan golongan penyakit berdasarkan golongan
umur.misalnya dikalangan balita banak yang menderita penyakit infeksi,sedangkanpada
golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis.demikian juga dengan
aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker
payudara,sedangkan pada pria,lebih banyak menderita kanker prosat.begitu juga dengan jenis
pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan,karena aktifiasnya
banyak dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit salura
pernafasan kaena banyak terpapar debu.keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola
penyakit,bahkan juga berpengaruh pada kematian,misalnya angka kematian lebih tinggi pada
golonga yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya
tinggi.demikian juga obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status
ekonoinya tinggi.
Menurut H Ray Elling(1970)ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan.antara lain 1.self concept 2.image kelompok.G.M foster menambahkan,bahwa
identifikasi individu kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
A.pengaruh self concept kita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri,terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada
orang lain,oleh karena itu,secara tidak langsung self concept kita cenderung mementukan,apakah
kita akan menerima keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.self
concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,karena mempengaruhi perilaku masyarakat
dan juga perilaku petugas kesehatan.
B.pengaruh image kelompok.image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image
kelompok.sebagai contoh,seorang anak dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan
orang-orang dengan pendidikan tinggi,sedangkan anak petani tidak terpapar dengan lingkungan
medis,dan besar kemungkinan juga tidak becita-cita untuk menjadi dokter.
C.pengaruh identifikasi kelompok sosialnya terhadap perilaku kesehata.
Identifikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan
kepuasan dalam pekerjaan mereka.



B.Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan
Menurut G.M foster(1973)Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang antaa
lain adalah:1.tradisi 2.sikap fatalism 3.nilai 4.ethnocentrisme 5.unsur budaya dipelajari pada
tingkat awal dalam proses sosialisasi.
A.pengaruh tradisi terhadap perilau kesehatan dan status kesehatan.
Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan
masyarakat,misalnya di New Guinea,pernah terjadi wabah penyakit kuru.penyakit ini menyerang
susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.penderita hamya terbatas pada anak-anak dan
wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tadisi
kanibalisme.
B.pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.
Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa anggota
masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah ttipan
Tuhan,dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari
pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian.
C.pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan
Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang paling baik
jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya orang-orang barat merasa bangga
terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa
kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang
sedang berkembang.tetapi dari sisilain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa
yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik.Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita
harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling
pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari
pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut
dalam masalah kesehatan masyaakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang
masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana  mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di
masyarakatnya sendiri.
D.pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.
suatu perasaan bangga terhadap budayannya beraku bagi setiap orang.hal tersebut berkaitan
dengan sikap ethnosentrisme.
E.pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma dimasyarakat sangat mempengaruhi
perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma tersebut.sebagai
contoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena
adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil
sebagai pengguna layanan

F.pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.nilai-nilai
tersebut ada yang menunjang da nada yang merugikan kesehata.beberapa nilai yang merugikan
kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat
mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika dibandingkan dengan
beras putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak dan lebih
bersih.Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka
mengetahui bagaimwnw bahaya merokok terhadap kesehata.
G.pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara lain bagaimana cara
makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan besar,dan lain-lain.kebiasaan
tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut
sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.
H.pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan perkataan lain,suatu perubahan akan
menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang ketiga.apabila seorang pendidik
kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus
dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan,menganalisis
faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi
tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat
setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat
mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dri perubahan yang  telah
direncanakan.